Selasa, 05 April 2011

teruntuk dia dan Dia.

astagfirullah aladzim, astagfirullah aladzim, astagfirullah aladzim

seperti mantra yang selalu membangunkan aku dari belenggu dunia.
seperti air yang selalu membersihkan jiwa.
seperti ucapan yang selalu di jaga oleh malaikat-Nya

begitu sempurna...

aku tidak berpuisi, ataupun bercerita.
ini aku. makhluk-Nya yang berlumur dosa.

cobaan demi cobaan selalu menimpa aku.
bukan kata "aduh!" yang ku ucapkan. tapi cercaan dan makian yang aku lontarkan.
ya, aku mengerti kata 'dosa'
aku pun paham akan adanya neraka.

hey nona... ini dunia maya.
sadar lah kau, nona!
ini lebih kecil dari daun kelor, batinku.
kau menangis di dunia yang tak pasti.
air mata apa itu?!
kau menangisi seseorang yang tak nyata.
dulu ia nyata, sekarang tidak, lanjutnya.

aku heran dengan semuanya.
aku meratapi keadaan.
ku harap ini indah.
semoga ini berakhir bahagia.

sejenak, bulu kuduku berdiri.
memahami masalah ini.
ku angkat kedua tangan ini.

yaAllah... ini masalahku
berat ya..
lelah ya..
aku wanita yang sedang menghadapi seorang pria
ia tak gentleman.
tak seperti superman.
jauh dari batman.
walaupun ia ternyata mantan kekasihku. dulu....

mantan......

tak ada dalam islam, batinku
ia pria aku wanita. walaupun kita masih muda belia.
terlalu bocah aku menghadapi masalah yang terlalu dewasa ini.
hello ini moderen, kiriku berkata

pertempuran hati.

waktuku sungguh tersita oleh perang ini
batin.
perasaan.
hati.
cinta.
dan jiwa.

sembilan puluh sembilan bandul ku genggam.
di atas sajadah merahku.
mukena yang menutupi seluruh auratku.
setelah shalat isya ku,

hanya Ia yang ku ingat.
kata-kata indah-Nya terlontar dari ucapanku.
jarang aku melakukan ini.

selintas, aku mengingat dosaku tahun lalu.
saat aku Ujian Nasional waktu itu.
bukan ujian yang menjadi dosa saat itu.
sesuatu teringat dalam batinku.
"oh ya!" tertawa aku akan hal itu

ternyata, Ia sangat adil.
Ia lebih adil daripada seorang Hakim ataupun Jaksa.
Ia Maha Agung.
Ia Maha Sempurna.
Ia Pencipta ku.
juga Sahabat ku

Ia selalu ada di dalam batin ku
selalu ada di sanubari ku
selalu mengikuti ku
dalam ucapan
hati
jiwa
raga
jantung
hembusan nafas
dan darahku yang mengalir deras.

hanya senyum yang ku lontarkan
aku yang salah ternyata
iya! aku.
kesalahan dulu ku sekarang terbalas semuanya
terimakasih Tuhan ku
engaku sungguh adil.

hanya ucapan maaf yang aku ucapkan dalam hati
bukan beribu-ribu maaf lagi..
tapi bermiliar-miliar kata maaf yang ku sandungkan

tak bisa ku ucapkan sumpah serapahku terhadapnya.
walaupun ia sudah menghancurkan kehidupanku.
tak bisa pula aku membencinya.
walaupun ia sudah membenci aku.

tak apa ia menghancurkan duniaku.
aku pasrah.
aku terima.
tak apa ia bahagia atas kesengsaraanku.
aku tersenyum
aku pun tertawa juga.

selamat atas kebahagiaan mu, tuan..
senang bisa berkenalan dengan mu
walaupun kau tak pernah selalu ada di hari-hariku dulu.
tapi... aku terima semuanya.
dengan lapang dada,
toh, hari yang baru selalu menyambutku dengan bahagia pula.

TerimaKasih sudah memberikan ku pengalaman indah.
kesengsaraan yang indah
sebuah makna.
sebuah hidayah.
sebuah pelajaran berharga.
sebuah pendewasaan diri,
sebuat resiko besar yang selalu membayangi hidupku kelak.
Engkau sungguh baik

ini bukan sebuah puisi.
ini hanya sebuah pesan..
untuk dia... dan, Dia.


meinisa, 5 april '11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar