Sungai Cisadane
Dengan daerah tangkapan seluas 1.100 km2, sungai Cisadane merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Sumbernya berada di Gunung Salak – Pangrango (Kabupaten Bogor, sebelah Selatan Kabupaten Tangerang) dan mengalir ke Laut Jawa. Panjang sungai sekitar 80 km.
Fluktuasi aliran Sungai Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya. Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Antara tahun 1971 dan 1997, berdasarkan pemantauan di Stasiun Pengamat Serpong, aliran sungai terendah yang pernah terjadi tercatat sebesar 2,93 m³/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik pada tahun 1997.
Fluktuasi aliran Sungai Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya. Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Antara tahun 1971 dan 1997, berdasarkan pemantauan di Stasiun Pengamat Serpong, aliran sungai terendah yang pernah terjadi tercatat sebesar 2,93 m³/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik pada tahun 1997.
Berdasarkan catatan bulanan antara tahun 1981 dan 1997, aliran minimum terjadi antara bulan Juli dan September, dengan rata-rata aliran di bawah 25 m³/detik.
Pada saat ini Sungai Cisadane diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum di wilayah ini.
Namun demikian peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik termasuk pembuangan limbah cair secara ilegal, mengakibatkan pengolahan air menjadi semakin mahal dan sulit untuk dilakukan.
Sungai Cidanau
Cidanau  dengan  luas  22.620  hektare  merupakan  daerah  aliran  sungai 
(DAS)  yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas
pembangunan di Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota 
Cilegon,  dengan  potensi  debit rata-rata  2.000  liter  per  detik.
Daerah  Aliran 
Sungai  (DAS)  Cidanau  merupakan  salah  satu  DAS  penting  di  wilayah  Propinsi
Banten,  secara geografis DAS Cidanau  terletak di antara  06º  07’  30’’  – 06º  18’
00’’  LS  dan  105º  49’ 00’’  – 106º  04’  00’’  BT.  DAS  Cidanau mencakup  kawasan 
seluas  22.620  Ha  (Sumber:  RTL  DAS  Cidanau), yang  mencakup  wilayah
Kabupaten  Pandeglang  seluas  999,29  Ha  dan  Kabupaten  Serang  seluas 
21.620,71  Ha.
 Wilayah  DAS  Cidanau  secara  administratif  terdiri  dari  33  Desa 
pada  5  wilayah  kecamatan  di  Kabupaten  Serang  dan  4  desa  di  kecamatan 
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.
Tata guna lahan di DAS Cidanau, adalah sebagai berikut:
 Hutan belukar : 1.539,00 Ha
 Rawa : 1.935,80 Ha
 Sawah : 6.786,30 Ha
 Semak : 5.982,40 Ha
 Kebun campuran : 3.471,10 Ha
 Ladang : 1.925,50 Ha
 Permukiman : 396,80 Ha
Pengelolaan DAS Cidanau
Selama ini pengelolaan DAS Cidanau dilakukan secara parsial dan individual
baik dalam perencanaan maupun tataran implementasinya.Kemudian sejak Banten dijadikan provinsi pemerintah mulai membuka
mata terhadap nilai-nilai strategis yang dimiliki DAS Cidanau, setelah muncul
konflik kepentingan antara daerah wilayah tangkapan dengan daerah wilayah
pemanfaat.
Pengelolaan yang maksimal terhadap DAS Cidanau dianggap
penting oleh Pemerintah Provinsi Banten untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Untuk mendukung cita-cita ini, Pemprov Banten menilai
pengelolaan DAS Cidanau akan berhasil kalau dilakukan secara terintegrasi
dengan mengacu pada konsep one river basin, one plan and one
management.
Singkatnya pengelolaan DAS Cidanau didasarkan pada prinsip satu
kesatuan ekosistem, prinsip ekonomi, dan prinsip balans antara ekonomi dan
ekologi.
Selain itu strategi pegelolaan kawasan konservasi ini antara lain,
mengamankan perairan DAS Cidanau termasuk keanekaragaman hayati yang
terkandung di dalamnya, memantau ekosistem DAS Cidanau yang meliputi
kondisi dan dinamika fisik, kimia, bilogi perairan dan pemanfaatan potensinya
bagi masyarakat, serta memanfaatkan ekosistem DAS Cidanau secara lestari
dan seimbang bagi kepentingan masyarakat. Atas dasar pertimbangan di atas,
stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS Cidanau
merancang dan menerapkan program konservasi terpadu.
Permasalahan utama di DAS Cidanau, antara lain:
Tingkat erosi yang mencapai 71.034,40 ton/tahun dan nilai sedimentasi yang
mencapai 75,68 cm/tahun; Penebangan pohon di kawasan Perhutani (illegal
loging) dan di kawasan hutan rakyat di upstream mempengaruhi eksistensi
Cagar Alam Rawa Danau yang juga berfungsi sebagai reservoir Sungai
Cidanau; Ketersediaan air menunjukkan kecenderungan terus menurun, karena
fluktuasi debit minimal dan maksimal sebesar 15 s.d 32 kali; Tumbuh suburnya
gulma akibat penggunaan pupuk kimia oleh masyarakat di sekitar kawasan
Cagar Alam Rawa Danau; Perambahan kawasan Cagar alam Rawa Danau,
seluas ± 849 Ha oleh 1.140 kepala keluarga untuk lahan budidaya; Tingkat
kejenuhan lahan yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi dan meningkatnya
run off. Sementara Sungai Cidanau yang berhulu di kawasan Cagar Alam Rawa
Danau, merupakan sungai utama DAS Cidanau dan menjadi aliran air serta
reservoir sungai – sungai dari kawasan 10 (sepuluh) sub DAS Cidanau. Memiliki
debit rata – rata untuk 5 (lima) tahun terakhir antara 8.000 – 10.000 liter/detik,
merupakan sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
dan industri di Kota Cilegon dengan jumlah ± 120 perusahaan dengan total
investasi mencapai US $ 1,936,643,291
Tidak ada komentar:
Posting Komentar