Senin, 25 April 2011

PLH(again) ._.

Sungai Cisadane

Dengan daerah tangkapan seluas 1.100 km2, sungai Cisadane merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Sumbernya berada di Gunung Salak – Pangrango (Kabupaten Bogor, sebelah Selatan Kabupaten Tangerang) dan mengalir ke Laut Jawa. Panjang sungai sekitar 80 km.

Fluktuasi aliran Sungai Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya. Aliran yang tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Antara tahun 1971 dan 1997, berdasarkan pemantauan di Stasiun Pengamat Serpong, aliran sungai terendah yang pernah terjadi tercatat sebesar 2,93 m³/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik pada tahun 1997.

Berdasarkan catatan bulanan antara tahun 1981 dan 1997, aliran minimum terjadi antara bulan Juli dan September, dengan rata-rata aliran di bawah 25 m³/detik.

Pada saat ini Sungai Cisadane diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi industri, irigasi dan air minum di wilayah ini.

Namun demikian peningkatan pencemaran akibat kegiatan industri dan domestik termasuk pembuangan limbah cair secara ilegal, mengakibatkan pengolahan air menjadi semakin mahal dan sulit untuk dilakukan.








Sungai Cidanau





Cidanau  dengan  luas  22.620  hektare  merupakan  daerah  aliran  sungai 
(DAS)  yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas
pembangunan di Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota 
Cilegon,  dengan  potensi  debit rata-rata  2.000  liter  per  detik.

Daerah  Aliran 
Sungai  (DAS)  Cidanau  merupakan  salah  satu  DAS  penting  di  wilayah  Propinsi
Banten,  secara geografis DAS Cidanau  terletak di antara  06º  07’  30’’  – 06º  18’
00’’  LS  dan  105º  49’ 00’’  – 106º  04’  00’’  BT.  DAS  Cidanau mencakup  kawasan 
seluas  22.620  Ha  (Sumber:  RTL  DAS  Cidanau), yang  mencakup  wilayah
Kabupaten  Pandeglang  seluas  999,29  Ha  dan  Kabupaten  Serang  seluas 
21.620,71  Ha.

 Wilayah  DAS  Cidanau  secara  administratif  terdiri  dari  33  Desa 
pada  5  wilayah  kecamatan  di  Kabupaten  Serang  dan  4  desa  di  kecamatan 
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.

Tata guna lahan di DAS Cidanau, adalah sebagai berikut:
 Hutan belukar : 1.539,00 Ha
 Rawa : 1.935,80 Ha
 Sawah : 6.786,30 Ha
 Semak : 5.982,40 Ha
 Kebun campuran : 3.471,10 Ha
 Ladang : 1.925,50 Ha
 Permukiman : 396,80 Ha


Pengelolaan DAS Cidanau
Selama ini pengelolaan DAS Cidanau dilakukan secara parsial dan individual
baik dalam perencanaan maupun tataran implementasinya.Kemudian  sejak  Banten  dijadikan  provinsi  pemerintah  mulai  membuka
mata  terhadap  nilai-nilai  strategis  yang  dimiliki  DAS  Cidanau,  setelah  muncul 
konflik kepentingan antara daerah wilayah tangkapan dengan daerah wilayah 
pemanfaat. 


Pengelolaan  yang  maksimal terhadap  DAS  Cidanau  dianggap 
penting oleh Pemerintah Provinsi  Banten untuk meningkatkan  Pendapatan Asli
Daerah  (PAD).  Untuk  mendukung  cita-cita  ini,  Pemprov  Banten  menilai
pengelolaan  DAS  Cidanau  akan  berhasil kalau  dilakukan  secara  terintegrasi 
dengan mengacu  pada  konsep  one  river  basin,  one  plan  and  one 
management.


Singkatnya  pengelolaan  DAS  Cidanau didasarkan  pada  prinsip  satu 
kesatuan  ekosistem,  prinsip  ekonomi,  dan  prinsip  balans  antara  ekonomi  dan
ekologi.  


Selain itu  strategi  pegelolaan  kawasan  konservasi  ini  antara lain,
mengamankan perairan DAS Cidanau termasuk keanekaragaman hayati yang
terkandung  di  dalamnya,  memantau  ekosistem DAS  Cidanau  yang  meliputi 
kondisi  dan dinamika  fisik, kimia, bilogi perairan dan pemanfaatan potensinya 
bagi  masyarakat,  serta  memanfaatkan  ekosistem DAS  Cidanau  secara  lestari 
dan seimbang bagi kepentingan masyarakat. Atas dasar pertimbangan di atas,
stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS Cidanau 
merancang dan menerapkan program konservasi terpadu.


Permasalahan utama di DAS Cidanau, antara lain:
Tingkat erosi yang mencapai 71.034,40 ton/tahun dan nilai sedimentasi yang
mencapai 75,68 cm/tahun; Penebangan pohon di kawasan Perhutani (illegal
loging) dan di kawasan hutan rakyat di upstream mempengaruhi eksistensi 
Cagar Alam Rawa Danau yang juga berfungsi sebagai reservoir Sungai 
Cidanau; Ketersediaan air menunjukkan kecenderungan terus menurun, karena
fluktuasi debit minimal dan maksimal sebesar 15 s.d 32 kali; Tumbuh suburnya 
gulma akibat penggunaan pupuk kimia oleh masyarakat di sekitar kawasan 
Cagar Alam Rawa Danau; Perambahan kawasan Cagar alam Rawa Danau,
seluas ± 849 Ha oleh 1.140 kepala keluarga untuk lahan budidaya; Tingkat 
kejenuhan lahan yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi dan meningkatnya
run off. Sementara Sungai Cidanau yang berhulu di kawasan Cagar Alam Rawa 
Danau, merupakan sungai utama DAS Cidanau dan menjadi aliran air serta 
reservoir sungai – sungai dari kawasan 10 (sepuluh) sub DAS Cidanau. Memiliki 
debit rata – rata untuk 5 (lima) tahun terakhir antara 8.000 – 10.000 liter/detik, 
merupakan sumber  air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
dan industri di Kota Cilegon dengan jumlah ± 120 perusahaan dengan total
investasi mencapai US $ 1,936,643,291




Tidak ada komentar:

Posting Komentar